Kamis, 25 Desember 2014

Pemecahan Masalah Konflik dan Kekerasan

Konflik dan Kekerasan / pic http://www.tribunnews.com





 

A.   Mengenal Konflik dan Kekerasan
Dalam banyak definis, kekerasan dan ancaman selalu dikaitkan dengan konflik, kekerasan merupakan alat dari konflik untuk mencapai tujuan. Dapat juga dikatakan bahwa kekerasan merupakan proses akhir dari konflik.

Secara harfiah, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konflik berarti percekcokan, perselisihan, pertentangan yang menimbulkan ketegangan di antara yang berkonflik. Konflik merupakan gejala sosial yang sering timbul dalam kehidupan masyarakat.


Berikut ini pendapat beberapa sosisolog tentang konflik:
  1.  Robert M. Z. Lawang menyatakan konflik sebagai perjuangan untuk memperoleh nilai, status, dan kekuasaan.
  2. Soerjono Soekanto menyatakan konflik sebagai suatu proses sosial, di mana orang per orang, atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawannya, disertai ancaman atau kekerasan.


Sementara kekerasan berarti perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. konflik sering kali berubah menjadi kekerasan terutama apabila uoaya-upaya yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelesaian konflik tidak dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh pihak yang berkaitan. demikian pula bila upaya memperoleh keadilan di pengadilan ternyata gagal.


B.   Sebab-Sebab Konflik

Berikut ini merupakan faktor-faktor penyebab konflik yang terjadi dalam masyarakat:
  1. Perbedaan Antarindividu : Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, pendapat atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggan, dan identitas seseorang. Contoh : Dalam sebuah ruangan kantor ada karyawan yang terbiasa bekerja sambil mendengarkan musik dengan suara yang keras, tetapi karyawan lain lebih menyukai bekerja dengan suasana yang tenang, sehingga kebisingan merupakan hal yang mengganggu konsentrasi dalam bekerja. Perbedaan perasaan dan kebiasaan tersebut menimbulkan rasa benci dan amarah sebagai awal timbulnya suatu konflik. 
  2. Perbedaaan Kebudayaan : Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Apa yang dianggap baik oleh suatu masyarakat belum tentu sama dengan apa yang dianggap baik oleh masyarakat lain. Contoh : Seseorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional bertemu dengan seseorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai modern, maka akan terdapat perbedaan-perbedaan nilai yang dianut oleh kedua belah pihak sehingga dapat menimbulkan konflik. 
  3. Perbedaan Kepentingan : Setiap individu ataupun kelompok sering kali memiliki kepentingan yang berbeda dengan individu atau kelompok lainnya. semua itu bergantung dari kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Contoh : seorang pengusaha menghendaki adanya penghematan dalam biaya suatu produksi sehingga dengan terpaksa harus melakukan rasionalisasi pegawai. namun, para pegawai yang terkena rasionalisasi merasa hak-haknya diabaikan sehingga perbedaan kepentingan tersebut menimbulkan suatu konflik.
  4. Perubahan Sosial Budaya yang Terlalu Cepat : Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang kalah cepat seperti yang sedang terjadi pada era globalisasi sekarang ini, mengakibatkan terjadinya perubahan sosial budaya yang juga terlalu cepat. 
  5. Perbedaan Etnis : Setiap etnis tertentu  memiliki kepribadian yang melatarbelakangi kebudayannya. Setiap kebudayaan memiliki sistem nilai dan norma sosial yang mungkin berbeda dengan kebudayaan lainnya. Dalam masyarakat yang multikultural, sering terjadi pergesekan sistem nilai dan norma sosial antara etnis yang satu dengan etnis yang lainnya. Ditambah dengan fenomena primordialisme dan etnosentrisme yang tumbuh pada masing-masing etnis, maka akan tumbuh pertentangan-pertentangan yang memicu terjadinya konflik sosial. Contoh : dalam perekrutan pegawai, masing-masing pemerintah daerah akan memprioritaskan etnisnya sendiri, padahal di daerah tersebut terdapat etnis lain.
  6. Perbedaan Ras : Walaupun ras tidak ada kaitannya dengan etnis, agama, ataupun ideologi kenegaraan, akan tetapi dalam kasus-kasus tertentu sering terjadi konflik rasial. Konflik rasial didasari oleh paham rasialisme atau diskriminasi ras. Di Indonesia konflik ras terjadi akibat adanya kecemburuan sosial terhadap ras tertentu yang minoritas, tetapi memiliki akses ekonomi yang besar dan kuat. 
  7. Perbedaan Agama : Agama sebenarnya bukan merupakan pencetus utama terjadinya suatu konflik sosial. Hal ini disebabkan karena masing-masing umat tidak pernah mempertentangkan akidah dan keyakinan agama masing-masing. Yang sering terjadi, konflik agama merupakan muara atau dampak negatif dari konflik yang terjadi sebelumnya. Contoh : Konflik Poso dan Ambon. Semula konflik ini berawal dari konflik etnis akibat etnosentrisme, primordialisme, dan kesenjangan sosial, akhirnya merembes kepada sentimen keagamaan. memang sentimen keagamaan sangat rentan terhadap isu-isu yang berbau sara.  
C.  Bentuk-Bentuk Konflik

       Berdasarkan Sifatnya

  • Konflik destruktif, merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak senang, rasa benci, dan dendam dari seseorang ataupun kelompok terhadap pihak lain. Konflik ini dapat mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda. Contoh : konflik Ambon, Poso, Kupang, dan Sambas.
  • Konflik konstruktif, merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan konsensus dari perbedaan pendapat tersebut. Contoh : perbedaan pendapat dalam organisasi
       Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik
  • Konflik vertikal, merupakan konflik antarkomponen masyarakat di dalam satu struktur yang memiliki hierarki. Contoh : konflik antara atasan dan bawahan dalam satu kantor.
  • Konflik horizontal, merupakan konflik yang terjadi antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang relatif sama. Contoh : konflik antarorganisasi massa.
  • Konflik diagonal, merupakan konflik yang terjadi karena ketidakadilan alokasi sumber daya ke seluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan yang ekstrim. Contoh: Konflik Aceh.
       Berdasarkan Sifat Pelaku yang Berkonflik
  • konflik terbuka, merupakan konflik yang diketahui oleh semua pihak. Contoh : konflik Palestina-Israel.
  • konflik tertutup, merupakan konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau kelompok yang terlibat konflik. 
        Berdasarkan Konsentrasi Aktivitas Manusia di Masyarakat
  • konflik sosial, merupakan konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan sosial dari pihak yang berkonflik.
  • konflik politik, merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan yang berkaitan dengan kekuasaan.
  • konflik ekonomi, merupakan konflik akibat adanya perebutan sumber daya ekonomi dari pihak yang berkonflik.
  • konflik budaya, merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan budaya dari pihak yang berkonflik. 
  • konflik ideologi, merupakan konflik akibat adanya perbedaan paham yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang. 
        Berdasarkan Cara Pengelolaannya
  • konflik interindividu, merupakan konflik yang paling erat kaitannya dengan emosi individu. konflik dapat muncul dari dua penyebab, yaitu karena kelebihan beban atau karena ketidaksesuaian seseorang dalam melaksakan peranan.
  • konflik antarindividu, merupakan konflik yang terjadi antarseseorang dengan satu orang atau lebih, sifatnya kadang substantif, menyangkut perbedaan gagasan, pendapat, kepentingan, atau bersifat emosional.
  • konflik antarkelompok, merupakan konfik yang banyak dijumpai dalam kehidupan manusia sekarang ini karena manusia hidup dalam kelompok-kelompok sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk sosial. 
D. Dampak Konflik
Dampak Negatif
Dampak Langsung 
  1. Menimbulkan keretakan hubungan antara individu atau kelompok dengan individu atau kelompok lainnya.
  2. Adanya perubahan kepribadian seseorang, seperti selalu memunculkan rasa curiga, rasa benci, dan akhirnya dapat berubah menjadi tindakan kekerasan.
  3. Hancurnya harta benda dan korban jiwa, jika konflik tersebut berubah menjadi tindakan kekerasan.
  4. Kemiskinan bertambah akibat tidak kondusifnya keamanan.
  5. Lumpuhnya roda perekonomian jika suatu konflik berlanjut menjadi tindak kekerasan.
  6. Pendidikan formal dan informal terhambat karena rusaknya sarana dan prasarana pendidikan.
Dampak tidak langsung yaitu dampak yang dirasakan oleh pihak-pihak yang tidak terlibat langsung dalam sebuah konflik, ataupun dampak jangka panjang dari suatu konflik yang tidak secara langsung dirasakan oleh pihak-pihak yang berkonflik. Contoh: agresi Israel yang dilakukan kepada para pejuang Hizbullah di Lebanon akan membawa dampak pada kenaikan harga minyak dunia yang akan merembet pada kenaikan harga-harga barang di pasaran. 

Dampak Positif Konflik
  1. Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok ( in gorup solidarity )
  2. Munculnya pribadi-pribadi yang kuat dan tahan uji menghadapi berbagai situasi konflik
  3. Membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru
  4. Munculnya kompromi baru apabila pihak yang berkonflik dalam kekuatan seimbang. Misalnya, adanya kesadaran dari pihak-pihak yang berkonflik untuk bersatu kembali karena dirasakan bahwa konflik yang berlarut tidak membawa keuntungan bagi kedua belah pihak. 
E. Teori-Teori tentang Kekerasan

Menurut Thomas Santoso, terdapat 3 teori tentang kekerasan, yaitu:

     1.  Teori kekerasan sebagai tindakan aktor (individu) atau kelompok
Manusia melakukan kekerasan karena adanya faktor bawaan, seperti kelainan genetik atau fisiologis.

     2.  Teori Kekerasan Struktural
Kekerasan bukan berasal dari orang tertentu melainkan terbentuk dalam suatu sistem sosial. PAra ahli memandang kekerasan tidak hanya dilakukan oleh aktor atau kelompok semata melainkan dipengaruhi oleh suatu struktur.

     3. Teori kekerasan sebagai kaitan antara aktor dan struktural
Konflik merupakan sesuatu yang telah ditentukan sehingga bersifat endemik bagi kelangsungan masyarakat. Oleh karena itu ada 4 jenis kekerasan, yaitu:
a.  Kekerasan terbuka (dapat dilihat)
b.  Kekerasan tertutup (kekerasan tersembunyi, berupa ancaman)
c.  Kekerasan agresif (kekerasan yang dilakukan untuk mendapatkan sesuatu, penjambretan)
d.  Kekerasan defensif (kekerasan yang dilakukan untuk melindungi diri)

F.  Upaya Penyelesaian atau Pengendalian Konflik dan Kekerasan

Akomodasi

Proses penyelesaian konflik ke arah tercapainya kesepakatan sementara yang dapat diterima kedua belah pihak yang tengah bersengketa. Akomodasi juga berarti sebagai usaha manusia untuk meredakan dan menghindari konflik dalam rangka mencapai kestabilan.
   
Coercion
Merupakan suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan yang berifat sepihak.

Negosiasi atau Kompromi

Upaya penyelesaian konflik yang dilakukan oleh masing-masing pihak dengan cara memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.

Arbritasi

Bentuk akomodasi yang digunakan untuk menyelesaikan konflik dengan cara meminta bantuan ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh badan yang berkedudukannya lebih tinggi dari pihak-pihak yang bertikai. keputusan yang dibuat harus dipatuhi oleh pihak-pihak yang berkonflik.

Mediasi

Penyelesaian konflik sosial yang dilakukan dengan cara mendatangkan pihak ketiga yang sifatnya netral dan tidak memihak. namun, keputusan pihak ketiga tidak mengikat pihak manapun.

Adjudication

Penyelesaian konflik melalui pengadilan.

Toleransi

Suatu bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan formal. Dalam masyarakat Jawa dikenal dengan istilah 'tepa slira' atau tenggang rasa agar hubungan sesamanya bisa saling menyadari kekurangan diri sendiri masing-masing.

Statlemate

Suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang bertikai mempunyai kekuatan yang seimbang. Mereka kemudia berhenti pada suatu titik tertentu untuk tidak melakukan pertentangan atau menghentikan konflik.

Konsiliasi

Suatu bentuk penyelesaian konflik sosial yang dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu yang dapat memberikan keputusan dengan adil. Contoh: pengendalian konflik melalui lembaga perwakilan rakyat.

Rekonsiliasi

Upaya kompromistis yang ditempuh untuk mengakomodasi dua kepentingan yang berbeda. Bertujuan untuk memulihkan hubungan persahabatan pada keadaan semula.

Transformasi Politik

Sebuah proses penyelesaian konflik yang membutuhkan kontribusi timbal balik dari pihak yang ditransformasikan dan dari pihak yang hendak dituju oleh proses tersebut. 

Cara-cara lain untuk memecahkan konflik antara lain sebagai berikut:



  • Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik, yang diungkapkan dengan ucapan antara lain : kami mengalah, kami keluar, dsb. 
  • Subjugation atau Domination, yaitu orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar untuk dapat memaksa orang atau pihak lain menaatinya.
  • Majority rule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil kepututsan tanpa mempertimbangkan argumentasi.
  • Minority consent, yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima dengan senang hati oleh kelompok minoritas. Kelompok minoritas sepakat untuk melakukan kerjasama dengan kelompok mayoritas.
  • Integrasi, yaitu mendiskusikan, menleaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.
  • Kolaborasi, merupakan upaya penyelesaian konflik melalui pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.
  • Competition, apabila terdapat indikasi salah satu pihak berusaha mencapai tujuan tanpa menghiraukan pihak lain, maka metode kompetisi dapat diterapkan.


DAFTAR PUSTAKA


Mulyadi, Yan, dkk. Sosiologi SMA Kelas XI. JAkarta: Yudistira

Maryati, Kun, dkk. Sosiologi untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga




4 komentar: